Arsitek dan seniman menggunakan patung kuda untuk mempercantik dan memberikan karakter pada ruang publik. Patung-patung ini sering ditempatkan di pusat taman, di depan gedung-gedung pemerintahan, atau di persimpangan jalan utama, menjadikannya bagian tak terpisahkan dari identitas visual kota tersebut. Mereka berfungsi sebagai titik referensi yang membantu navigasi dan memberikan identitas unik pada sebuah lokasi.
Warisan Sejarah dan Tradisi Berabad-abad
Penggunaan patung kuda sebagai monumen bukan hal baru. Tradisi ini sudah ada sejak zaman kuno, terutama di era Romawi dan Yunani. Patung berkuda kaisar Romawi adalah cara untuk menunjukkan kekuasaan mutlak mereka atas wilayah yang ditaklukkan. Tradisi ini kemudian dihidupkan kembali selama periode Renaissance dan menyebar ke seluruh Eropa, dan akhirnya ke seluruh dunia.
Di Indonesia, misalnya, Patung Kuda Arjuna Wiwaha di Jakarta tidak hanya menampilkan kuda, tetapi juga kereta kencana dan sosok Arjuna, yang diambil dari epos Mahabharata. Kehadiran patung ini bukan hanya tentang pahlawan militer, tetapi juga tentang nilai-nilai filosofis dan mitologi yang relevan dengan budaya lokal. Patung ini menggabungkan warisan historis universal dengan narasi budaya yang lebih spesifik. Ini menunjukkan bahwa patung kuda bisa menjadi media yang kaya makna untuk menyampaikan kisah-kisah penting.