Saat ini, sekutu NATO menyediakan 99% dukungan militer dan aliansi berencana untuk mengelola pengiriman peralatan. Meskipun demikian, keanggotaan NATO dan kehadiran pasukan NATO di Ukraina tidak akan terjadi sampai perang berakhir.
Pada pertemuan puncak terakhir, para pemimpin NATO juga sepakat untuk mempercepat proses keanggotaan Ukraina, meskipun negara tersebut tidak mungkin bergabung dalam waktu dekat. Mereka juga membentuk badan tingkat tinggi untuk konsultasi darurat dan berjanji untuk menyediakan lebih banyak peralatan militer kepada Ukraina.
Stoltenberg menekankan pentingnya komitmen jangka panjang terhadap Ukraina. Penundaan pendanaan yang signifikan, terutama karena perselisihan politik di Kongres AS, telah membuat angkatan bersenjata Ukraina dalam kondisi sulit. Oleh karena itu, ia berharap para sekutu akan setuju untuk membelanjakan minimal 40 miliar euro per tahun untuk persenjataan. Namun, hal ini tidak berarti peningkatan dukungan, karena jumlah tersebut sejalan dengan belanja tahunan sejak perang dimulai.
Salah satu skema baru yang dipertimbangkan oleh para pemimpin adalah misi untuk memasukkan peralatan militer yang tepat ke Ukraina dan menyederhanakan pelatihan bagi angkatan bersenjatanya. Tawaran program pelatihan di luar Ukraina juga cukup banyak, namun hal ini menimbulkan permasalahan bagi angkatan bersenjata Ukraina dalam memprioritaskan pasukan mana yang akan dikirim, ke negara NATO mana, dan untuk berapa lama.