Tampang.com | Elon Musk, CEO Tesla yang juga dikenal sebagai orang terkaya di dunia, telah lama menjadi tokoh kontroversial. Karirnya di dunia bisnis dan teknologi semakin mencuat dengan kepemimpinannya di Tesla dan SpaceX, namun kini, Musk juga tak lepas dari sorotan politik yang memicu pertanyaan dari berbagai kalangan.
Salah satu langkah yang menimbulkan banyak perhatian adalah ketika Musk memulai karir politiknya dengan bergabung dalam pemerintahan Donald Trump. Musk diangkat sebagai penasihat dalam Department of Government Efficiency (DOGE), sebuah jabatan yang justru memicu pertanyaan-pertanyaan dari para pemegang saham Tesla.
Para investor merasa khawatir tentang bagaimana jabatan tersebut akan mempengaruhi fokus Musk terhadap Tesla. Lebih dari seratus pertanyaan diajukan oleh para pemegang saham Tesla dalam laporan pendapatan perusahaan, menanyakan mengenai peran Musk di Gedung Putih dan bagaimana pembagian waktu antara pekerjaan di pemerintahan dan di Tesla. Sebagian besar investor khawatir apakah Musk masih bisa memberi perhatian penuh kepada Tesla, mengingat banyaknya tanggung jawab politik yang kini dipikulnya.
Musk memang dikenal sebagai pendukung garis terdepan dari Donald Trump sejak kampanye sebelumnya. Ia diketahui telah menyumbangkan sejumlah uang untuk kampanye Trump, bahkan mencatatkan kontribusi sebesar US$270 kepada partai Republik.
Terlebih lagi, Musk aktif terlibat dalam kampanye, tidak hanya memberikan dukungan finansial, tetapi juga tampil di berbagai kesempatan untuk menyuarakan dukungannya terhadap kebijakan Trump. Bahkan, Musk tampak hadir dalam pelantikan Trump di Gedung Capitol baru-baru ini, memperlihatkan kedekatannya dengan pemerintahan Trump.
Namun, hubungan Musk dengan politik tidak hanya berhenti di Amerika Serikat. Di Jerman, Musk juga menjadi sorotan publik karena keterlibatannya dalam mendukung partai sayap kanan anti-imigran, AfD (Alternative für Deutschland).