Calon presiden Amerika Serikat dari Partai Republik, Donald Trump, pada Jumat (26/7) mengumumkan niatnya untuk kembali ke kota Pennsylvania, tempat dia nyaris tewas dalam percobaan pembunuhan. Pada insiden tersebut, Trump mengalami luka di bagian telinga sebagai akibat dari penembakan yang dilakukan terhadapnya. Ia menyampaikan rencananya melalui akun media sosialnya di situs Truth Social.
Meskipun Trump menyatakan niatnya untuk mengadakan rally besar di Butler, Pennsylvania, dia tidak memberikan detail terkait kapan dan di mana persisnya acara tersebut akan dilaksanakan. Keputusannya untuk kembali ke tempat terjadinya insiden tragis tersebut tentu menimbulkan berbagai spekulasi dan perdebatan di kalangan publik.
Sementara itu, Kamala Harris, yang ditunjuk oleh Presiden Joe Biden untuk menggantikan posisinya, telah mulai mengonsolidasikan dukungan di kalangan Demokrat. Harris didukung oleh sejumlah tokoh Demokrat terkemuka, termasuk mantan Presiden AS Barrack Obama dan istrinya, Michelle, yang secara terbuka menyatakan dukungannya pada Jumat.
Pada saat yang sama, jajak pendapat publik menunjukkan adanya peningkatan dukungan terhadap Trump, dengan angka 49% mendukungnya. Sementara Harris mendapatkan 47% dukungan, dengan margin kesalahan tiga poin persentase. Hasil jajak pendapat lain juga menunjukkan bahwa Trump mengungguli Biden dengan angka 48% berbanding 42%. Data ini tentu saja menjadi sorotan banyak pihak, mengingat pentingnya peran dukungan publik dalam pemilihan presiden.
Kembali ke rencana Trump untuk kembali ke lokasi penembakan, hal ini menunjukkan betapa pentingnya strategi kampanye politik yang memanfaatkan momen emosional bagi para pendukungnya. Dengan kembali ke tempat yang memiliki makna emosional dan kesan dramatis bagi dirinya, Trump dapat memanfaatkan momentum tersebut untuk memperkuat citra dan kharismanya di mata publik, terutama di kalangan pendukungnya.