Pakistan sendiri merupakan satu-satunya negara selain China yang mengoperasikan J-10C, memperlihatkan betapa eksklusif dan strategisnya teknologi ini. Keputusan China untuk mengembangkan pesawatnya sendiri bukanlah karena keinginan semata, tetapi lebih karena kebutuhan. China tidak memiliki banyak pilihan untuk membeli pesawat tempur dari negara seperti AS, Rusia, atau Prancis, baik karena hambatan politik maupun embargo teknologi.
Seperti dijelaskan oleh Mauro Gilli, peneliti di Center for Security Studies dari Swiss Federal Institute of Technology, China sadar bahwa mereka harus bekerja lebih keras dan menginvestasikan lebih banyak sumber daya jika ingin membangun kemandirian dalam teknologi militer. “China memang tak pernah benar-benar punya pilihan untuk membeli dari mereka (AS dan sekutunya). Mereka harus berinvestasi besar dan bekerja keras membangun J-10,” ujar Gilli.
Pada awalnya, China sempat mendapatkan akses teknologi dari Barat pada awal 1980-an, saat hubungan dengan negara-negara Barat membaik. Mereka mempelajari berbagai sistem seperti radar dan rudal dari negara-negara maju. Namun, hubungan itu memburuk drastis setelah insiden Lapangan Tiananmen pada 1989, yang menyebabkan AS dan negara-negara Barat menjatuhkan sanksi dan mengakhiri kerja sama militer seperti program Peace Pearl.
Dalam situasi tersebut, China pun mengalihkan perhatian ke Uni Soviet dan Rusia. Setelah Uni Soviet runtuh, ekonomi Rusia melemah dan membuka peluang bagi Beijing untuk membeli berbagai sistem militer canggih. Teknologi inilah yang kemudian menjadi dasar penting dalam pengembangan J-10. Namun seiring waktu, ketergantungan tersebut berkurang karena China terus mengembangkan kemampuannya sendiri.
Kini, J-10 menjadi bukti bahwa China telah membangun ekosistem pertahanan udara mandiri. Pesawat ini diproduksi sepenuhnya di dalam negeri dengan teknologi lokal. Saat ditanya seberapa banyak elemen teknologi baru yang benar-benar dibuat oleh China dalam jet ini, Gilli menjawab bahwa pertanyaan itu kini sudah tidak relevan. "Saya akan katakan, 100% teknologi J-10 sekarang adalah milik China sendiri," ucapnya.