Penjualan senjata oleh AS kepada Taiwan sejak lama menjadi sumber ketegangan antara AS dan China, yang memiliki kepentingan yang saling bertentangan terkait dengan Taiwan. AS telah lama memberikan dukungan militer kepada Taiwan untuk menjaga keseimbangan kekuatan di kawasan tersebut.
Selain itu, penjualan senjata ini juga mengindikasikan bahwa AS terus menganggap Taiwan sebagai mitra strategis dalam stabilitas dan keamanan di kawasan Asia Pasifik. China, di sisi lain, memandang Taiwan sebagai bagian tak terpisahkan dari wilayahnya sendiri dan menentang upaya apapun yang mendukung otonomi atau kemerdekaan Taiwan.
Reaksi China terhadap penjualan senjata ini menunjukkan bahwa isu Taiwan tetap menjadi salah satu titik sensitif dalam hubungan AS-China. Dalam konteks ini, penjualan senjata juga dapat dipandang sebagai provokasi yang memperburuk ketegangan yang sudah ada di kawasan tersebut.
Situasi ini juga memberikan indikasi bahwa persaingan kekuatan antara AS dan China semakin intensif, terutama terkait pengaruh dan kepentingan di kawasan Asia Pasifik. Penjualan senjata juga dapat dipandang sebagai bentuk rivalitas antara kedua negara tersebut, yang dapat memperkeruh situasi politik dan keamanan di Asia.
Selain itu, tindakan China yang mengancam untuk mengambil tindakan balasan juga menunjukkan bahwa mereka tidak akan tinggal diam dalam menghadapi langkah-langkah yang dianggap merugikan kepentingan nasional mereka. Ancaman ini sekaligus memberikan gambaran akan intensitas persaingan dan ketegangan antara China dan AS terkait berbagai isu, termasuk sengketa wilayah dan keamanan.