Putin menegaskan bahwa Rusia memiliki kemampuan untuk melancarkan lebih banyak serangan dengan penggunaan rudal baru ini, dan warga sipil di Ukraina maupun negara-negara sekutunya yang menjadi sasaran akan diperingatkan sebelum serangan dilancarkan.
Presiden Ukraina Volodymyr Zelenskiy mengkritik penggunaan rudal baru tersebut sebagai "eskalasi yang jelas dan parah" dalam konflik dan menyerukan kecaman internasional. Sebuah pejabat AS menyatakan bahwa Rusia memberi tahu Washington sebelum meluncurkan serangannya, sementara pejabat lain merujuk bahwa AS telah memberi arahan kepada Ukraina dan sekutunya untuk mempersiapkan penggunaan senjata semacam itu.
Awalnya, Ukraina mengklaim bahwa Rusia menggunakan ICBM, yang merupakan senjata untuk serangan nuklir jarak jauh dan belum pernah digunakan dalam perang. Namun, pejabat AS dan NATO sepakat dengan Putin bahwa Oreshnik adalah rudal balistik jarak menengah, dengan jangkauan 3.000–5.500 km (1.860-3.415 mil).
Rusia diduga memiliki beberapa rudal Oreshnik, dan rudal tersebut diluncurkan dari wilayah Astrakhan Rusia yang berjarak lebih dari 700 km (435 mil). Rudal yang menyasarkan Dnipro tidak memiliki hulu ledak nuklir, tetapi mengandung muatan MIRV (multiple independent targetable reentry vehicle), proyektil yang bisa menyasar beberapa target secara independen.