Sebuah insiden keamanan siber yang mengejutkan mengungkap bahwa pelanggaran data yang melibatkan Mike Waltz, mantan penasihat keamanan nasional Donald Trump, ternyata hanyalah bagian kecil dari masalah yang jauh lebih besar. Awalnya dianggap sebagai serangan terbatas, kini terbukti bahwa skala peretasan tersebut jauh melampaui dugaan awal, melibatkan puluhan pejabat tinggi Amerika Serikat dari berbagai lembaga pemerintahan.
Laporan investigatif dari Reuters menemukan bahwa lebih dari 60 pejabat pemerintah AS menggunakan platform komunikasi bernama TeleMessage—layanan yang sebelumnya tidak terlalu dikenal di luar lingkup institusi pemerintahan dan keuangan. Data dari aplikasi tersebut bocor ke publik dan diungkap oleh Distributed Denial of Secrets, sebuah organisasi nirlaba yang berfokus pada transparansi data. Kebocoran ini menyajikan informasi mengkhawatirkan mengenai potensi ancaman terhadap keamanan nasional.
Data yang bocor mencakup komunikasi dari beragam institusi penting, mulai dari lembaga penanggulangan bencana (FEMA), Bea Cukai dan Perlindungan Perbatasan (CBP), staf diplomatik, hingga satu anggota staf Gedung Putih dan agen dari Secret Service. Informasi yang berhasil diakses mencakup pesan-pesan yang dikirim pada 4 Mei dan sekitarnya, meskipun banyak di antaranya bersifat terfragmentasi.
Awal keterlibatan TeleMessage dengan sorotan media terjadi pada 30 April 2025, saat Reuters mempublikasikan foto Mike Waltz sedang memeriksa aplikasi tersebut dalam sebuah pertemuan kabinet. Aplikasi ini merupakan versi modifikasi dari Signal, aplikasi komunikasi terenkripsi yang menekankan privasi tinggi. Sejak saat itu, TeleMessage mulai mendapat perhatian luas, terutama terkait penggunaannya oleh pejabat negara untuk percakapan sensitif.
Walaupun Reuters tidak dapat memverifikasi seluruh isi pesan dalam cache data yang bocor, mereka mengonfirmasi bahwa nomor telepon yang ditemukan memang sah milik para pejabat terkait. Bahkan, seorang penerima pesan mengonfirmasi bahwa isi pesan yang bocor benar adanya, sementara sebuah perusahaan jasa keuangan juga mengonfirmasi bahwa pesan mereka telah diretas dengan metode serupa.