Presiden Rusia, Vladimir Putin, pada Senin (6/5/2024), telah mengeluarkan perintah untuk melakukan latihan militer yang mencakup penggunaan senjata nuklir taktis. Kementerian Pertahanan Rusia menyebutkan bahwa latihan tersebut akan menguji kesiapan kekuatan nuklir non-strategis untuk melakukan misi tempur.
Menurut Kementerian Pertahanan Rusia, latihan ini bertujuan untuk mempraktikkan persiapan dan penggunaan senjata nuklir non-strategis. Mereka menyatakan bahwa hal ini merupakan respons terhadap pernyataan provokatif dan ancaman sejumlah pejabat Barat tertentu terhadap Federasi Rusia. Dalam konteks ini, latihan tersebut juga dimaksudkan untuk memastikan integritas dan kedaulatan teritorial Rusia.
Rusia telah mengungkapkan kekhawatiran terhadap pernyataan-pernyataan provokatif dari pihak Barat, seperti pernyataan Presiden Prancis, Emmanuel Macron, tentang kemungkinan intervensi Prancis di Ukraina. Rusia menilai pernyataan tersebut sangatlah berbahaya.
Langkah Rusia dalam melakukan latihan nuklir ini memunculkan berbagai reaksi di kancah internasional. Beberapa pihak menyatakan keprihatinan atas eskalasi ketegangan yang dapat timbul akibat latihan tersebut. Meskipun demikian, Rusia tetap teguh dalam sikapnya untuk menjaga keamanan dan kedaulatan negaranya.
Dorongan untuk menjaga kemandirian dan keamanan negara adalah hal yang diutamakan oleh setiap negara, termasuk Rusia. Meskipun demikian, tindakan yang diambil dalam upaya mencapai tujuan tersebut dapat memicu ketegangan di tingkat global.
Sementara itu, negara-negara lain juga memiliki pandangan dan kepentingan tersendiri terkait dengan upaya Rusia dalam memperkuat kekuatan militer, termasuk penggunaan senjata nuklir. Kepentingan-kepentingan tersebut bisa bertolak belakang, sehingga diperlukan komunikasi dan diplomasi yang baik untuk meminimalisir ketegangan dan mencegah konflik berskala besar.