Bangladesh masih dilanda demonstrasi besar-besaran yang telah menelan korban jiwa. Jumlah keseluruhan korban tewas telah mencapai 25 orang sejak para mahasiswa melakukan demonstrasi pada hari Senin di ibu kota Dhaka. Demonstrasi ini dilakukan sebagai protes nasional atas pemberlakuan kuota khusus anak-anak pahlawan kemerdekaan untuk bekerja sebagai pegawai negeri. Jumlah korban tewas ini disusul oleh aksi kekerasan yang semakin meluas di beberapa wilayah di Bangladesh.
Menurut laporan Associated Press, per Kamis (18/7/2024), demonstrasi tersebut terus berlanjut dengan meningkatnya kekerasan. Demonstrasi yang semula dimotori oleh mahasiswa perguruan tinggi ini akhirnya merambat ke sejumlah kota seperti Chittagong. Salah satu bentrokan terbaru antara pengunjuk rasa dengan pejabat keamanan dan aktivis partai berkuasa di wilayah Uttara Dhaka menyebabkan enam orang tewas. Sementara itu, tiga belas orang lainnya, termasuk seorang jurnalis dari portal online di Dhaka, tewas di wilayah lain ibu kota dan di tempat lain.
Berdasarkan keterangan dari portal berita Bangladesh Prothom Alo, para demonstran juga menyerang kantor pusat Televisi Bangladesh yang dikelola oleh pemerintah. Para pengunjuk rasa berhasil menerobos gerbang utama, membakar kendaraan, dan merusak fasilitas televisi tersebut. Seorang produser televisi menyatakan bahwa ia berhasil melarikan diri dengan melompati tembok, namun beberapa rekan seprofesinya terjebak di dalam gedung yang menjadi sasaran serangan.
Persoalan utama yang menjadi alasan di balik demonstrasi ini adalah pemberlakuan sistem kuota untuk penerimaan pegawai negeri. Kuota terbaru tersebut mengamanatkan 30% jabatan di pemerintahan untuk anak-anak para pejuang kemerdekaan Bangladesh pada tahun 1971. Selain itu, terdapat alokasi 10% untuk perempuan pegawai negeri, dan 10% untuk penduduk di distrik tertentu. Para mahasiswa merasa bahwa pemberlakuan aturan ini sangat diskriminatif dan merugikan bagi generasi muda yang cerdas dan berpotensi.