Alarm Merah Pangan Global: Ancaman Perubahan Iklim yang Nyata
Lembaga-lembaga pangan dunia secara serempak menyuarakan peringatan keras. Program Pangan Dunia (WFP) dan Organisasi Pangan dan Pertanian PBB (FAO) misalnya, terus membunyikan sirene. Ini bukan lagi sekadar perkiraan masa depan; krisis pangan akut kini adalah realitas pahit.
Ancaman ini mengintai puluhan negara di berbagai benua. Namun, ini bukan krisis tunggal biasa. Kita sedang menghadapi "badai sempurna" di mana konflik geopolitik dan guncangan ekonomi berpadu. Biang kerok utamanya adalah perubahan iklim, yang memperburuk segalanya.
Fenomena ini menjadi sorotan utama di panggung internasional. Perubahan iklim bukan sekadar masalah lingkungan. Tagihan besarnya akan dibayar mahal oleh generasi mendatang. Mereka akan mewarisi dampak dari keputusan kita hari ini.
Perubahan Iklim: "Pengganda Ancaman" di Piring Makan Kita
Para pakar keamanan pangan dan iklim memiliki satu istilah penting. Mereka menyebut perubahan iklim sebagai threat multiplier atau "pengganda ancaman". Dampaknya memang luar biasa besar.
Jika perang lokal bisa memicu kelangkaan pangan, perubahan iklim membuatnya 10 kali lebih buruk. Krisis pun meluas secara global. Mari kita lihat apa yang terjadi di berbagai belahan dunia.
Kekeringan ekstrem melanda Kawasan Tanduk Afrika. Somalia, Ethiopia, dan Kenya mengalami kemarau terburuk dalam puluhan tahun. Jutaan hewan ternak mati, lahan pertanian retak parah. Jutaan nyawa manusia kini di ambang kelaparan [krisis iklim kelaparan]. Ini bukan musim kemarau biasa, melainkan pola iklim baru yang lebih panas.