Konten Seksual atau Kekerasan Eksplisit: Buku dengan deskripsi seksual atau kekerasan yang terlalu vulgar atau eksplisit sering dilarang, terutama jika dianggap tidak pantas untuk dibaca oleh anak di bawah umur atau dianggap sebagai pornografi. Beberapa negara memiliki regulasi ketat tentang apa yang bisa dan tidak bisa dipublikasikan terkait konten semacam ini. Meski batasannya sering diperdebatkan, upaya perlindungan terhadap pembaca yang rentan atau menjaga moralitas publik sering jadi alasannya.
Kandungan Sejarah yang Kontroversial atau Berbeda: Buku-buku sejarah yang menyajikan perspektif alternatif atau menguak sisi gelap dari sejarah suatu negara juga bisa dilarang. Ini biasanya terjadi jika narasi yang disajikan bertentangan dengan narasi resmi pemerintah atau dianggap bisa memicu perpecahan sosial. Contohnya, buku-buku yang membahas genosida atau kejahatan perang dari sudut pandang korban, yang mungkin ingin ditutup-tutupi oleh pelaku atau keturunannya.
Konten Rasisme atau Diskriminasi: Di sisi lain, buku yang mempromosikan kebencian, rasisme, atau diskriminasi terhadap kelompok tertentu (ras, etnis, agama) juga dilarang di banyak negara, terutama yang menjunjung tinggi hak asasi manusia dan kesetaraan. Ini adalah bentuk pelarangan yang bertujuan positif untuk melindungi minoritas atau mencegah penyebaran ideologi berbahaya.
Contoh-Contoh Kasus Pelarangan Ikonik
Sejarah dipenuhi contoh buku-buku yang dilarang:
"The Adventures of Huckleberry Finn" karya Mark Twain, yang meskipun dianggap klasik, sempat dilarang di beberapa sekolah AS karena penggunaan bahasa yang dianggap rasial pada masanya.
"Nineteen Eighty-Four" karya George Orwell, yang mengkritik totalitarianisme, sempat dilarang di beberapa negara komunis.
"Harry Potter" seri buku fantasi yang sangat populer, pernah menghadapi tantangan dan bahkan dilarang di beberapa sekolah atau perpustakaan di AS dan negara lain karena dianggap mempromosikan sihir atau okultisme.