Tampang

30 Juta Pria Tanpa Pasangan: Realita Pahit di Balik Krisis Jodoh dan Tekanan Sosial di China

28 Jun 2025 09:39 wib. 34
0 0
30 Juta Pria Tanpa Pasangan: Realita Pahit di Balik Krisis Jodoh dan Tekanan Sosial di China
Sumber foto: iStock

Selain itu, angka kelahiran terus menurun, sementara jumlah kematian meningkat, menyebabkan populasi China mengalami penurunan tahunan dua tahun berturut-turut. Ini mengkhawatirkan pemerintah, yang kemudian gencar mendorong program-program perjodohan nasional.

Harapan, Pelatihan, dan Perjuangan di Kamp Kencan

Lewat kamp kencan selama seminggu, Hao melatih para pria untuk meningkatkan rasa percaya diri dan kemampuan bersosialisasi. Mereka bahkan dipermak penampilannya, dipotong rambut, diberi tips berbicara, hingga dilatih pendekatan langsung kepada perempuan di tempat umum. Hao juga membantu mereka membangun citra daring, meski kadang terlalu dilebih-lebihkan.

Namun, tak semua peserta merasa nyaman. Zhou, misalnya, merasa bersalah karena harus "memalsukan" jati dirinya di dunia maya. Ia menyadari bahwa berpura-pura menjadi orang lain bukanlah solusi jangka panjang.

“Aku merasa bersalah karena telah menipu orang lain,” ujarnya dengan wajah murung.

Sang istri Hao, sesama pelatih kencan, bahkan mempertanyakan metode sang suami. Tapi Hao tetap percaya diri dan menyemangati kliennya: "Saatnya tampil!"

Realita Berat: Biaya, Status Sosial, dan Stigma

Selain perjuangan emosional, beban ekonomi juga menghantui para pria ini. Zhou mengeluh bahwa sekali kencan bisa menghabiskan separuh penghasilannya. Dengan gaji sekitar US$ 600 (sekitar Rp9 juta) per bulan, biaya perjodohan, makan malam romantis, dan penampilan harus dikeluarkan tanpa jaminan akan berhasil.

“Pada akhirnya, nasib kita ditentukan oleh masyarakat,” kata Zhou. Ia merasa bahwa satu-satunya jalan adalah meningkatkan status sosial agar lebih "layak" dijadikan pasangan.

Sementara itu, Dr. Zheng Mu, sosiolog dari Universitas Nasional Singapura, menyebutkan bahwa tekanan untuk menikah sangat besar di China. Masyarakat masih menempatkan laki-laki sebagai tulang punggung keluarga dan pencari nafkah utama, sehingga mereka yang belum menikah dianggap kurang berhasil secara sosial.

#HOT

0 Komentar

Belum ada komentar di artikel ini, jadilah yang pertama untuk memberikan komentar.

BERITA TERKAIT

BACA BERITA LAINNYA

POLLING

Dampak PPN 12% ke Rakyat, Positif atau Negatif?