Perekrut modern semakin cerdas. Mereka tidak hanya melihat nama besar kampus, tapi juga mendalami kurikulum jurusan dan relevansinya dengan kebutuhan perusahaan. Namun, jika harus memilih salah satu, konteks pekerjaan sangat menentukan. Untuk pekerjaan yang membutuhkan keterampilan umum, kemampuan berpikir kritis, dan adaptasi cepat, akreditasi universitas mungkin lebih dominan. Sementara itu, untuk posisi yang membutuhkan keahlian teknis dan spesialisasi mendalam, akreditasi jurusan akan menjadi faktor penentu utama.
Realitas Pasar Kerja: Kompetensi Individu yang Utama
Pada akhirnya, akreditasi adalah pintu gerbang awal. Begitu masuk ke tahap wawancara atau uji kompetensi, yang paling menentukan adalah kemampuan individu itu sendiri. Pengalaman magang, proyek pribadi, kemampuan soft skill seperti komunikasi dan kerja tim, inisiatif, dan keinginan untuk terus belajar, seringkali menjadi pembeda utama. Akreditasi bisa jadi daya tarik di CV, tapi performance selama proses seleksi dan kemampuan nyata saat bekerja adalah yang paling krusial.
Perekrut mencari individu yang tidak hanya memiliki dasar akademik yang kuat (yang ditunjukkan oleh akreditasi), tetapi juga mampu menerapkan ilmu, berinovasi, dan berkontribusi secara nyata. Ini berarti, seorang lulusan dari jurusan dengan akreditasi biasa di universitas yang tidak terlalu terkenal pun bisa bersinar jika punya portofolio kuat, pengalaman relevan, dan soft skill yang mumpuni. Akreditasi hanyalah salah satu indikator, bukan satu-satunya.