Jamur enoki, dengan bentuknya yang ramping dan rasa yang lembut, sudah jadi bagian tak terpisahkan dari banyak hidangan Asia, mulai dari hotpot sampai tumisan. Namun, beberapa waktu lalu, berita tentang pelarangan peredaran jamur enoki sempat bikin geger. Banyak yang bertanya-tanya, apakah jamur ini memang berbahaya atau ada alasan lain di baliknya? Untuk mengerti duduk perkaranya, kita perlu melihat lebih dekat pada isu keamanan pangan dan apa yang sebenarnya terjadi dengan jamur enoki.
Insiden Listeria dan Penarikan Produk Global
Isu pelarangan jamur enoki bukan tanpa sebab. Pada tahun 2020, dunia digegerkan oleh wabah Listeria monocytogenes yang terkait dengan jamur enoki. Bakteri Listeria ini menyebabkan penyakit Listeriosis, yang bisa sangat berbahaya, terutama bagi ibu hamil, bayi baru lahir, lansia, dan orang dengan sistem kekebalan tubuh lemah. Gejalanya mirip flu, tapi bisa berkembang menjadi infeksi serius seperti meningitis atau sepsis.
Wabah ini bermula di beberapa negara, termasuk Amerika Serikat dan Kanada, yang kemudian melacak sumber kontaminasinya ke produk jamur enoki yang diimpor dari sebuah produsen di Korea Selatan, yaitu Green Co., Ltd. Menindaklanjuti temuan tersebut, badan pengawas makanan di berbagai negara, termasuk Badan Karantina Pertanian (Barantan) di Indonesia, mengambil tindakan cepat. Mereka mengeluarkan perintah penarikan produk (recall) dan menghentikan sementara impor jamur enoki dari produsen yang terbukti terkontaminasi.
Penting untuk dipahami, pelarangan atau penarikan ini bukan berarti jamur enoki secara umum berbahaya. Masalahnya terletak pada kontaminasi bakteri Listeria dari sumber tertentu, bukan pada jamur enoki itu sendiri. Ini mirip dengan penarikan produk sayuran lain jika ditemukan kontaminasi E. coli atau Salmonella. Fokusnya adalah pada keamanan proses produksi dan rantai pasokannya.