Namun beberapa tahun kemudian, beberapa koki berksperimen dengan ikan itu. Menurut mereka, rasa ikan monkfish mirip dengan rasa foie gras. Apresiasi pun datang kepada ikan monkfish.
Saat ini ikan monkfish menjadi salah satu pilihan makanan pokok menu makan malam restoran mewah. Harganya bisa mencapai Rp 1 jutaan perkilo.
3. Sushi
Nigiri sushi adalah sushi paling tradisional yang hanya terdiri dari ikan dan nasi. Walau tradisional, hidangan itu bukan hidangan yang murah bila kamu menyantapnya di restoran sushi.
Seseorang bisa saja merogoh kocek Rp 10 juta untuk menyantap masakan sushi di sebuah restoran Jepang.
Nigiri sushi bukan menjadi makanan mahal dulu. Nigiri sushi hanyalah cara untuk menyimpan ikan agar lebih tahan lama. Saat itu tidak ada lemari pendingin, sehingga ikan dibungkus di nasi dan cuka agar tetap awet.
Setelah disimpan beberapa bulan, orang akan membuang nasi bersama ikan, namun ikannya dimakan. Baru beberapa waktu kemudian, nasinya pun ikut disantap dengan si ikan.
Pada abad 18 dan 19, sushi merupakan "makanan jalanan" di Jepang. Harganya pun tidak terlalu mahal. Sushi mulai menangkap minat internasional antara tahun 1950an dan 1960an, yang membuat nilai jualnya pun semakin meningkat.
Sushi mahal meledak di pasaran pada tahun 1980an. Saat itu, sushi menjadi makanan pilihan di kalangan eksekutif dan elite budaya.
4. Oyster
Oyster atau tiram dianggap makanan untuk orang miskin pada awal abad ke 19. Makanan itu hanya diberikan kepada narapidana, anak-anak tunawisma, dan yatim piatu.
Di Inggris, orang hanya membelinya bila merasa putus asa dengan keuangan mereka. Tiram dianggap makanan yang murah, tidak terlalu bergizi, dan mampu mengirim Anda ke toilet berjam-jam. Tiram bahkan dianggap sebagai burger pinggir jalan di era Industri.