Stigma terhadap Pelaku Kejahatan
Tidak hanya korban, pelaku kejahatan juga sering menghadapi stigma. Pelaku yang terlibat dalam tindakan kekerasan atau penipuan di kampus dapat dianggap sebagai "orang jahat" atau "penjahat" tanpa mempertimbangkan faktor-faktor kompleks yang mungkin mempengaruhi perilaku mereka. Stigma ini dapat menghambat upaya rehabilitasi dan reintegrasi pelaku ke dalam komunitas kampus setelah mereka menjalani hukuman. Tanpa dukungan dan kesempatan untuk memperbaiki diri, pelaku mungkin tidak mendapatkan kesempatan untuk berubah dan berkontribusi secara positif di masa depan.
Menanggapi Stigma dengan Edukasi dan Kesadaran
Untuk mengatasi stigma seputar kejahatan di kampus, penting untuk meningkatkan kesadaran dan edukasi di kalangan mahasiswa dan staf kampus. Salah satu langkah awal adalah menyediakan pelatihan bagi staf dan mahasiswa tentang kejahatan, dampaknya, dan bagaimana cara mendukung korban dengan efektif. Edukasi ini harus mencakup pemahaman tentang berbagai bentuk kejahatan, tanda-tanda peringatan, dan bagaimana cara melaporkannya dengan aman.
Kampus juga harus mempromosikan budaya inklusif dan mendukung bagi korban kejahatan. Hal ini bisa dilakukan dengan menyediakan layanan dukungan seperti konseling dan bantuan hukum, serta menciptakan lingkungan yang bebas dari penilaian dan diskriminasi. Kampus harus memastikan bahwa setiap laporan kejahatan ditangani dengan serius dan bahwa korban mendapatkan perlindungan serta hak-hak mereka dihormati.