Kejadian tawuran yang berujung pada penembakan seorang siswa SMK di Semarang, Jawa Tengah, telah menimbulkan kehebohan di kalangan masyarakat. Tidak hanya itu, tetapi keputusan polisi untuk menunjukkan barang bukti tawuran tanpa menggunakan sarung tangan juga menjadi sorotan tajam di media sosial. Hal ini mengundang pertanyaan tentang keselamatan dan kehati-hatian pihak kepolisian dalam menangani bukti-bukti kejahatan.
Pada tanggal 24 November 2024, jajaran Polrestabes Semarang menggelar konferensi pers terkait kasus tawuran yang berujung pada penembakan seorang siswa SMK 4. Penembakan tersebut dilakukan oleh pihak kepolisian sebagai tindakan terakhir setelah situasi semakin memanas dan tidak terkendali. Menurut keterangan resmi yang disampaikan oleh Kepala Kepolisian Resort Kota Besar Semarang, penembakan tersebut dilakukan sebagai upaya terakhir untuk meredam situasi yang sudah sangat mengancam.
Namun, bukan hanya peristiwa penembakan yang menuai perhatian, tapi juga sikap petugas kepolisian yang menunjukkan barang bukti tawuran tanpa menggunakan sarung tangan. Hal ini menjadi perbincangan hangat di media sosial, terutama di kalangan warganet. Banyak netizen yang menyoroti keputusan petugas yang dinilai kurang hati-hati dan bisa menimbulkan risiko kesehatan bagi mereka maupun orang lain yang kemudian bersentuhan dengan barang bukti tersebut.