Berbicara tentang kepribadian Eko, Endi menyatakan bahwa berdasarkan informasi dari rekan-rekannya di lapangan, Eko adalah sosok yang tertutup. Namun, pernyataan tersebut berbeda dengan penjelasan dari Komandan Satgas Pamtas Mobile RI-PNG Batalyon Infanteri 7 Marinir, Letkol (Mar) Alex Zulkarnaen.
"Mingguan terakhir, kehidupan sehari-hari almarhum tetap berjalan normal dengan seluruh anggota, termasuk berinteraksi dengan warga sekitar dan pihak rumah sakit. Tidak ada tanda-tanda bahwa almarhum sedang memiliki niat untuk bunuh diri. Kami yang berada di sana tidak memiliki informasi tentang rencana semacam itu," tambah Alex.
Menurut penelusuran dari TNI AL, Eko mencari metode untuk mengakhiri hidup melalui internet menggunakan ponselnya. Ditemukan juga catatan pada ponsel Eko yang menunjukkan bahwa ia telah merasa frustasi.
"Jadi, ia memang sudah putus asa dan ingin mati," kata Dankormar.
Endi juga mengonfirmasi bahwa Eko meninggal karena bunuh diri di daerah operasi pada Sabtu (27/4/2024). Penyelidikan Marinir TNI AL menemukan bahwa Eko meninggal setelah menembak diri di bagian kepala, dari sisi kanan melewati kepala bagian kiri atas.
Sebelumnya, keluarga Eko mengekspresikan keraguan terkait dengan kematian Eko, karena ditemukan bekas luka lebam dan asap rokok di jenazah Eko.
"Kami diberitahu bahwa Lettu Eko bunuh diri. Kami merasa sangat heran karena TNI AL sangat cepat mengambil kesimpulan tanpa melakukan otopsi atau penyelidikan hukum," ungkap Dedi Pranajaya, kakak kandung Eko, di Medan, Sumatera Utara, dikutip dari Kompas.id.