Beberapa pihak mulai menyuarakan kekhawatiran mereka terhadap serangan tersebut. Hal ini bukan hanya masalah internal Departemen Keuangan, tetapi telah menjadi perhatian luas yang berdampak pada stabilitas keamanan siber global. Reputasi China sebagai penjahat siber dapat memperumit hubungan diplomatik dan ekonomi antara China dan negara-negara lain, termasuk AS, yang tentunya akan berdampak pada berbagai aspek kehidupan global.
Selain itu, serangan tersebut juga dapat mengganggu kepercayaan publik terhadap infrastruktur siber dan keamanan informasi, di mana keamanan data dan sistem teknologi informasi menjadi semakin penting dalam menghadapi ancaman siber global. Dengan seringnya terjadi serangan semacam ini, kekhawatiran akan ketahanan AS dalam menghadapi ancaman siber semakin meningkat.
Selain dampak-dampak yang telah disebutkan, serangan siber juga dapat berdampak secara ekonomi. Pelanggaran keamanan pada Departemen Keuangan AS bisa mengakibatkan kerugian finansial yang signifikan. Serangan semacam ini dapat mempengaruhi kinerja keuangan dan ketahanan ekonomi, baik skala nasional maupun internasional. Hal ini tentu memunculkan kekhawatiran terhadap stabilitas ekonomi global, terutama karena Departemen Keuangan AS memegang peran kunci dalam mengelola keuangan dan kebijakan ekonomi global.
Kegiatan siber yang merusak juga dapat menciptakan ketidakstabilan pada pasar keuangan global. Reaksi pasar terhadap serangan siber terhadap departemen keuangan terbesar di dunia ini bisa menciptakan volatilitas yang dapat mempengaruhi investasi dan perdagangan internasional. Hal ini tentu akan memberikan dampak ekonomi yang signifikan, bukan hanya bagi AS dan China, tetapi juga bagi negara-negara lain yang memiliki keterkaitan ekonomi yang dalam dengan keduanya.