Kedua, munculnya konflik dan tawuran di tengah-tengah masyarakat merupakan ancaman serius bagi keamanan dan ketertiban umum. Tindakan kekerasan seperti ini tidak hanya meresahkan, tetapi juga menunjukkan ketidakmampuan dalam menyelesaikan perbedaan pendapat dengan cara-cara yang damai dan konstruktif.
Ketiga, kasus ini juga menyoroti peran orangtua dan pendidik dalam mengawasi dan membimbing anak-anak dalam menggunakan media sosial. Konten-konten negatif dan provokatif dapat meracuni pikiran generasi muda, sehingga pengawasan yang ketat perlu diterapkan untuk mencegah adanya perilaku-perilaku yang merugikan dari anak-anak.
Selain itu, fakta bahwa aksi tawuran tersebut bermula dari media sosial Instagram menjadi peringatan bagi semua pihak, terutama yang memiliki keterlibatan dalam dunia pendidikan. Pendidikan karakter dan literasi digital menjadi semakin penting untuk diintegrasikan ke dalam kurikulum sekolah. Anak-anak perlu dilatih untuk menggunakan media sosial dengan bijak, mampu memilah informasi yang bermanfaat dan menghindari konten-konten yang dapat merusak mental mereka.
Terkait hal ini, pemerintah dan lembaga terkait perlu mengadakan kampanye-kampanye publik yang bertujuan untuk meningkatkan kesadaran akan bahaya konten negatif di media sosial. Kerjasama dengan platform-platform media sosial untuk mengawasi dan memberantas ujaran kebencian serta konten negatif juga perlu menjadi agenda penting dalam berupaya menciptakan lingkungan digital yang aman dan sehat.