Namun, ciri-ciri makanan yang dimasak dengan minyak babi tetap bisa dikenali melalui tekstur, aroma, dan tampilannya. Berikut beberapa karakteristik makanan yang umumnya dimasak menggunakan minyak babi:
1. Tekstur Lebih Renyah dan Garing
Minyak babi memiliki titik asap (smoke point) yang tinggi, membuatnya ideal untuk proses menggoreng dalam suhu tinggi. Hasilnya? Makanan yang digoreng menggunakan minyak ini akan memiliki tekstur yang lebih renyah, kering di luar, dan juicy di dalam. Ini juga yang membuat kremesan ayam di Ayam Goreng Widuran disebut-sebut sangat crispy dan berbeda dari tempat lain.
2. Aroma Khas Daging
Makanan yang menggunakan minyak babi biasanya punya aroma yang khas, meskipun lembut. Beberapa orang menyebut aromanya mirip daging sapi atau memiliki nuansa gurih yang lebih dalam. Bagi yang tidak terbiasa, aroma ini mungkin terasa unik, sementara bagi pecinta kuliner, ini justru menjadi nilai tambah yang memperkaya rasa masakan.
3. Tampilan Bersisik atau Berlapis
Ciri lain yang bisa dikenali adalah tekstur makanan yang bersisik atau berlapis, terutama untuk makanan yang dipanggang seperti pastry atau pie. Minyak babi menghasilkan adonan yang ringan, flaky, dan bertekstur lembut—berbeda dengan mentega atau margarin.
Selain itu, makanan terlihat sedikit berminyak, namun tidak seperti minyak goreng biasa. Hal ini tentu bergantung pada jumlah minyak yang digunakan dalam proses memasak. Biasanya, rumah makan yang menggunakan minyak babi dalam jumlah pas akan menghasilkan makanan yang tampak menggoda, tanpa terlalu banyak minyak yang menempel.
Polemik Penggunaan Minyak Babi: Antara Cita Rasa dan Etika Konsumen