Hasilnya menunjukkan bahwa peserta yang mengonsumsi vitamin D mengalami pemendekan telomer yang minimal dibandingkan kelompok plasebo. Peneliti mencatat bahwa efek positif terhadap telomer hanya tampak pada kelompok yang mengonsumsi vitamin D, bukan omega-3.
Subanalisis lebih lanjut menunjukkan bahwa efek vitamin D lebih kuat pada peserta non-kulit putih dan mereka yang tidak mengonsumsi obat kolesterol. Sebaliknya, indeks massa tubuh dan konsumsi omega-3 tidak memberikan dampak berarti pada panjang telomer, baik sendiri maupun bersama vitamin D.
Berdasarkan hasil tersebut, peneliti memperkirakan bahwa perlambatan pemendekan telomer akibat suplemen vitamin D setara dengan perlambatan penuaan biologis hingga tiga tahun. Namun, mereka menekankan bahwa temuan ini bersifat eksploratif dan perlu dikaji lebih lanjut di masa depan. Dr. Yoshua Quinones dari Medical Offices of Manhattan, yang juga tidak terlibat dalam studi, mengatakan bahwa jika temuan ini dikonfirmasi lewat studi lanjutan, maka suplemen vitamin D harian bisa berperan dalam mengurangi risiko penyakit terkait usia. "Ini bisa membuka pintu untuk pedoman medis baru dalam pengobatan preventif,” ujar Quinones.
Potensi Efek Samping dan Keterbatasan Penelitian
Meskipun potensi perlambatan penuaan biologis ini menjanjikan, para ahli tetap mengingatkan risiko konsumsi vitamin D berlebih. Sebagai vitamin yang larut lemak, vitamin D bisa menumpuk dalam tubuh dan menyebabkan toksisitas. “Dosis 2.000 IU per hari mungkin tidak menimbulkan efek samping, tetapi konsumsi berlebihan dapat menyebabkan kerusakan ginjal dan efek merugikan lainnya,” kata Cutler.