Tampang.com | Banyak pasien BPJS di sejumlah daerah mengeluhkan kekosongan obat di puskesmas. Bahkan untuk obat generik seperti antibiotik dan antihipertensi, stoknya dilaporkan sering kosong selama berhari-hari. Situasi ini menimbulkan keresahan dan mempertanyakan efektivitas sistem distribusi obat di Indonesia.
Kekosongan Obat Terjadi di Banyak Wilayah
Laporan dari sejumlah daerah seperti Jawa Tengah, Sulawesi Selatan, hingga NTT menunjukkan tren serupa: obat rutin sering tidak tersedia. Akibatnya, pasien diminta membeli obat sendiri di apotek luar—tentu dengan biaya tambahan yang tidak semua orang mampu tanggung.
“Kalau harus beli sendiri, lalu gunanya kami ke puskesmas apa?” ujar Siti, warga Klaten yang mengidap darah tinggi.
Distribusi Lambat, Pengadaan Tak Seragam
Kementerian Kesehatan mengakui adanya kendala dalam proses distribusi, terutama akibat sistem pengadaan yang masih terfragmentasi di tiap daerah. Perbedaan kecepatan dan kapasitas logistik membuat pengiriman obat tidak merata.