“Puskesmas sering kali tidak punya sistem prediksi kebutuhan obat yang andal. Ini membuat pengadaan jadi lambat dan tidak tepat jumlah,” jelas Dr. Nanda Puspita, pengamat kebijakan kesehatan.
Sistem e-Katalog Bantu, Tapi Belum Tuntas
Pengadaan obat melalui e-katalog nasional sebenarnya ditujukan untuk efisiensi dan keterbukaan. Namun, di lapangan, prosesnya masih rumit dan terkadang terlalu birokratis. Apalagi jika distributor terlambat mengirim, puskesmas tidak bisa cepat mencari alternatif.
“Yang dirancang seragam, tapi realisasinya tidak fleksibel. Padahal kesehatan butuh kecepatan,” tambah Dr. Nanda.
Pasien BPJS yang Paling Terdampak
Kekosongan obat paling dirasakan oleh pasien BPJS yang bergantung pada layanan dasar. Keluhan meningkat terutama untuk pasien penyakit kronis seperti diabetes, hipertensi, dan asma. Banyak dari mereka akhirnya putus obat karena tidak mampu membeli sendiri.
“Kalau tidak minum obat rutin, penyakit saya bisa kambuh. Tapi puskesmas cuma bilang ‘kosong, Bu’,” tutur Rukiah, lansia di Makassar.