Menariknya, Buettner sendiri memulai hari dengan menu yang mungkin terasa asing bagi sebagian orang: semur minestrone, yakni sup khas Italia yang berisi berbagai jenis sayuran dan kacang-kacangan. Ia menilai makanan ini sangat bernutrisi dan memberikan energi yang cukup hingga siang hari tanpa menyebabkan rasa lemas atau lapar berlebihan.
Tantangan Sarapan Sehat dari Dan Buettner
Sebagai bentuk ajakan hidup lebih sehat, Buettner bahkan memberikan tantangan sederhana kepada masyarakat: “Coba sarapan dengan semur minestrone atau kombinasi nasi dan kacang-kacangan selama satu minggu, dan rasakan sendiri perbedaannya.”
Ia percaya bahwa dalam waktu singkat, perubahan ini akan memberikan dampak positif seperti meningkatnya energi, sistem pencernaan yang lebih baik, dan bahkan suasana hati yang lebih stabil. Hal ini tentu tidak mengherankan mengingat semua bahan tersebut merupakan whole foods, alias makanan utuh tanpa proses pengolahan berlebih.
Sarapan dan Kesehatan Jangka Panjang
Mengapa sarapan seolah menjadi fondasi utama bagi penduduk zona biru? Jawabannya ada pada ritme sirkadian dan metabolisme tubuh. Tubuh manusia bekerja paling efisien dalam mencerna dan menyerap nutrisi pada pagi hingga siang hari. Maka, memberi "bahan bakar" terbaik di waktu tersebut akan memaksimalkan fungsi organ-organ vital dan memperkuat pertahanan tubuh terhadap penyakit.
Selain itu, dengan membiasakan sarapan yang sehat, seseorang cenderung lebih mampu mengontrol porsi makan siang dan malam. Ini bisa menghindarkan kita dari kebiasaan makan berlebih atau ngemil tak sehat di malam hari yang rentan memicu masalah metabolik seperti obesitas, diabetes tipe 2, dan penyakit jantung.
Ubah Kebiasaan, Perpanjang Usia
Kebiasaan kecil seperti memperbaiki pola sarapan ternyata bisa membawa perubahan besar dalam kualitas hidup. Gaya makan penduduk zona biru mengajarkan kita bahwa hidup panjang dan sehat tidak membutuhkan makanan mahal atau diet ekstrem—cukup kembali ke bahan makanan alami, seimbang, dan dikonsumsi di waktu yang tepat.