AI dan Teknologi Digital: Harapan Baru Perawatan Jantung
Untuk menjawab tantangan kesenjangan ini, penggunaan teknologi berbasis artificial intelligence (AI) menjadi solusi menjanjikan. Teknologi ini mampu mempercepat diagnosis, meningkatkan efisiensi klinis, dan memperluas jangkauan layanan ke daerah-daerah yang kekurangan sumber daya.
Laporan Philips Future Health Index 2024 mengungkapkan bahwa 74 persen pemimpin layanan kesehatan di Indonesia berencana berinvestasi dalam teknologi generatif AI dalam tiga tahun ke depan, melampaui rata-rata global sebesar 56 persen. Royal Philips (Philips Indonesia) sendiri telah mengembangkan solusi kesehatan berbasis AI untuk mempercepat diagnosis, memantau pasien dari jarak jauh, dan menghubungkan rumah sakit di pusat dan daerah secara real-time.
Teknologi ini mencakup pencitraan medis seperti USG jantung, CT scan, dan MRI dengan fitur pengukuran otomatis serta visualisasi real-time. Ada pula sistem pemantauan jarak jauh untuk mendukung deteksi dini dan pengelolaan penyakit jantung secara proaktif dari rumah, mengurangi kebutuhan pasien bolak-balik ke rumah sakit.
“Kami percaya bahwa teknologi, khususnya AI, bisa mempercepat alur layanan, meringankan beban dokter, dan yang paling penting, memperluas jangkauan perawatan,” ujar Presiden Direktur Philips Indonesia Astri Ramayanti Dharmawan. Platform informatika terintegrasi yang menghubungkan data pencitraan dan data klinis lintas departemen memungkinkan tim multidisiplin (kateterisasi jantung, ekokardiografi, CT, MRI) mengakses satu tampilan terpadu pasien untuk melacak perkembangan penyakit dan mengambil keputusan lebih cepat.
Keunggulan teknologi berbasis AI ini diakui oleh dr. Ario. Menurutnya, teknologi yang tepat dapat membantu timnya bekerja lebih cepat dan efisien, menyederhanakan alur kerja, dan mempercepat proses diagnosis. Ia bahkan telah beberapa kali terlibat dalam operasi live demo yang dikendalikan lintas wilayah. "Dengan teknologi, kami bisa berdiskusi, melihat hasil scan, dan bahkan membimbing tindakan medis dari jarak jauh. Ini tidak mungkin terjadi 10 tahun lalu,” terangnya.