Osteoporosis, atau dikenal juga sebagai penyakit tulang keropos, adalah kondisi yang ditandai dengan penurunan kepadatan dan kualitas tulang, sehingga tulang menjadi rapuh dan mudah patah. Sayangnya, penyakit ini sering kali terabaikan, bahkan tidak disadari hingga seseorang mengalami patah tulang secara tiba-tiba akibat cedera ringan, atau bahkan tanpa cedera sama sekali.
Di balik kesan "sepele", osteoporosis sebenarnya adalah ancaman serius, terutama bagi kelompok usia lanjut dan wanita pascamenopause. Namun, kabar baiknya adalah penyakit ini bisa dicegah, bahkan sejak usia muda.
Kenapa Osteoporosis Sering Diabaikan?
Salah satu alasan utama osteoporosis kerap diabaikan adalah karena penyakit ini berkembang secara perlahan dan tanpa gejala yang jelas. Tidak ada rasa sakit, tidak ada tanda peringatan hingga akhirnya terjadi keretakan pada tulang belakang, pinggul, atau pergelangan tangan. Sayangnya, banyak penderita baru menyadari bahwa mereka mengidap osteoporosis setelah mengalami patah tulang.
Masyarakat juga cenderung menganggap osteoporosis sebagai bagian dari proses penuaan yang “normal”. Padahal, tidak semua lansia akan terkena osteoporosis, dan dengan gaya hidup sehat serta pencegahan yang tepat, risikonya bisa ditekan secara signifikan.
Faktor Risiko Osteoporosis
Beberapa faktor yang dapat meningkatkan risiko seseorang terkena osteoporosis antara lain:
-
Usia: Semakin tua, semakin besar risiko.
-
Jenis kelamin: Wanita lebih rentan, terutama setelah menopause karena penurunan hormon estrogen.
-
Genetik: Riwayat keluarga dengan osteoporosis meningkatkan kemungkinan terkena.
-
Gaya hidup tidak sehat: Kurang gerak, kekurangan kalsium dan vitamin D, merokok, dan konsumsi alkohol berlebihan.
-
Penggunaan obat tertentu: Obat kortikosteroid jangka panjang, misalnya, dapat mempercepat keropos tulang.
-
Penyakit kronis: Seperti gangguan tiroid, ginjal, atau gangguan hormonal.