Lebih lanjut, BGS juga mengungkapkan data yang lebih mengkhawatirkan lagi, yaitu terkait dengan perilaku masyarakat yang cenderung tidak peduli dengan pemeriksaan kesehatan rutin. Pada kelompok usia lebih dari 20 tahun, sejumlah besar masyarakat Indonesia tidak pernah melakukan pemeriksaan kesehatan dasar, seperti:
- 80,82% tidak pernah mengukur lingkar perut
- 62,6% tidak pernah memeriksa gula darah
- 61,6% tidak pernah memeriksa kadar kolesterol
- 36,61% tidak pernah memantau berat badan
- 32,6% tidak pernah mengukur tekanan darah
Data ini mengindikasikan kurangnya kesadaran tentang pentingnya menjaga kesehatan melalui pemeriksaan rutin yang dapat mencegah berbagai penyakit serius sejak dini.
BGS juga menjelaskan dengan tegas bahwa tingginya angka kematian dini di Indonesia, terutama karena penyakit stroke dan jantung, berakar dari kebiasaan masyarakat yang tidak pernah melakukan skrining kesehatan. “62,6% masyarakat kita tidak pernah memeriksa gula darah. Padahal, gula darah tinggi yang tidak terkontrol dapat merusak organ vital seperti mata dan ginjal, dan pada akhirnya dapat menyebabkan komplikasi berat seperti stroke dan gagal ginjal,” ujar BGS.
BGS menambahkan, dalam banyak kasus, masyarakat yang meninggal akibat stroke dan penyakit jantung biasanya memiliki kadar kolesterol yang sangat tinggi. Oleh karena itu, selain memperbaiki pola makan dan meningkatkan aktivitas fisik, mengonsumsi obat-obatan yang dapat menurunkan kolesterol juga sangat penting. Menurutnya, obat-obat ini tersedia di puskesmas secara gratis dan dapat membantu mengurangi risiko penyakit jantung dan stroke, namun sering kali masyarakat enggan untuk melakukan pemeriksaan atau mengonsumsi obat karena takut ditusuk jarum untuk mengambil darah.
Pernyataan BGS tentang pentingnya perubahan budaya dalam masyarakat Indonesia sangat mencolok. Selama ini, masyarakat lebih cenderung mendatangi dokter hanya ketika sudah jatuh sakit. Padahal, BGS menekankan pentingnya menjaga kesehatan secara proaktif.