Tampang.com | Dalam perjalanan merawat kulit, kita seringkali dihadapkan pada dua tujuan yang tampak serupa namun memiliki esensi yang berbeda: kulit cerah dan kulit sehat. Iklan produk skincare seringkali fokus pada janji kulit yang lebih putih atau bercahaya, seolah-olah warna kulit adalah tolok ukur utama kecantikan. Namun, jika kita merenung lebih dalam, manakah sebenarnya yang lebih penting: warna kulit yang cerah atau kondisi kulit yang sehat?
Mari kita definisikan keduanya. Kulit cerah umumnya mengacu pada warna kulit yang lebih terang dari warna asli seseorang, seringkali diasosiasikan dengan rona yang merata dan bebas dari noda gelap atau hiperpigmentasi. Sementara itu, kulit sehat mencakup berbagai aspek, seperti kelembapan yang terjaga, tekstur yang halus, elastisitas yang baik, bebas dari peradangan, jerawat meradang, iritasi, dan berfungsi optimal sebagai pelindung tubuh.
Jika kita melihat dari sudut pandang biologis, fungsi utama kulit adalah sebagai barrier pelindung terhadap lingkungan eksternal, mengatur suhu tubuh, dan sebagai indera peraba. Warna kulit, yang ditentukan oleh pigmen melanin, berperan dalam melindungi kita dari radiasi ultraviolet (UV) matahari. Orang dengan warna kulit lebih gelap memiliki lebih banyak melanin, yang memberikan perlindungan alami yang lebih tinggi terhadap kerusakan akibat sinar matahari.
Fokus yang berlebihan pada kulit cerah seringkali dipengaruhi oleh standar kecantikan yang berlaku di masyarakat. Di banyak budaya, terutama di Asia, kulit putih atau cerah secara historis dikaitkan dengan status sosial yang lebih tinggi dan dianggap lebih menarik. Industri kecantikan pun tak jarang memanfaatkan standar ini, memasarkan produk pemutih atau pencerah kulit secara agresif. Hal ini dapat menciptakan tekanan yang tidak sehat bagi individu dengan warna kulit yang lebih gelap untuk mengubah warna kulit alaminya.