“Setiap hari terjebak macet, kerja sampai malam, lalu pulang ke apartemen sempit. Itu pola hidup yang pelan-pelan mematikan kesehatan mental,” tambah Intan.
Tabu Berbicara Masalah Mental Masih Ada
Meski kesadaran mulai meningkat, stigma terhadap masalah kesehatan jiwa masih membelenggu. Banyak yang enggan mencari bantuan profesional karena takut dianggap lemah atau ‘tidak normal’.
“Orang lebih mudah bilang sakit flu daripada mengaku merasa depresi. Padahal keduanya sama pentingnya untuk ditangani,” jelas Intan.
Urbanisasi Tidak Dapat Dihindari, Tapi Bisa Dikelola
Pemerintah daerah mulai meluncurkan program ruang terbuka hijau dan layanan konseling gratis, namun implementasinya masih terbatas. Di sisi lain, perusahaan swasta juga mulai menyediakan layanan mental health untuk karyawan mereka.
“Kota tidak harus membuat kita sakit. Dengan perencanaan urban yang ramah manusia dan layanan kesehatan jiwa yang terjangkau, kita bisa membalik arah ini,” kata Intan.