“Banyak remaja merasa cemas jika tidak mendapat respons di media sosial atau melihat teman-temannya tampak lebih 'sukses' secara sosial. Ini memicu rasa rendah diri dan isolasi,” tambah Rini.
Kurangnya Akses dan Pemahaman Kesehatan Mental
Di banyak sekolah, fasilitas konseling masih minim dan stigma terhadap kesehatan mental membuat siswa enggan mencari bantuan.
“Kadang siswa datang ke ruang BK bukan karena ingin curhat, tapi karena dipanggil karena masalah disiplin. Ruang untuk curhat masih belum dianggap penting,” ujar Ardi, guru BK di sebuah SMA negeri di Bandung.
Peran Orang Tua dan Sekolah dalam Deteksi Dini
Orang tua dan sekolah memiliki peran penting dalam mendeteksi dan menangani masalah ini. Edukasi tentang kesehatan mental, komunikasi terbuka, dan dukungan emosional adalah langkah awal yang sangat vital.
“Kita tidak bisa hanya mengandalkan sistem pendidikan formal. Orang tua harus menjadi pendengar yang aktif dan tidak menghakimi anak-anak mereka,” kata Rini.
Langkah Preventif dan Penanganan yang Diperlukan
Deteksi dini gangguan mental sangat penting. Remaja perlu diajak berdiskusi tentang perasaan mereka, serta diberikan ruang aman untuk mengekspresikan diri. Pemeriksaan psikologis secara berkala di sekolah bisa menjadi solusi.