Dampak kekurangan aktivitas fisik juga terlihat pada sistem muskuloskeletal, yaitu otot, tulang, dan sendi. Tanpa gerakan yang cukup, otot-otot tubuh akan melemah dan kehilangan massa. Hal ini dapat menyebabkan penurunan kekuatan dan fleksibilitas, sehingga meningkatkan risiko cedera. Selain itu, tulang juga membutuhkan stimulasi dari aktivitas fisik untuk menjaga kepadatannya. Kurangnya gerakan dapat memicu osteoporosis, terutama pada orang dewasa dan lansia.
Tidak hanya fisik, kesehatan mental juga dapat terpengaruh oleh kurangnya aktivitas fisik. Olahraga dan gerakan tubuh diketahui dapat merangsang produksi endorfin, yaitu hormon yang memberikan perasaan bahagia dan mengurangi stres. Ketika aktivitas fisik berkurang, produksi endorfin menurun, sehingga seseorang lebih rentan mengalami gangguan mood, seperti depresi dan kecemasan. Selain itu, kurang gerak juga dapat memengaruhi kualitas tidur, yang pada akhirnya berdampak pada kesehatan mental secara keseluruhan.
Sistem metabolisme tubuh juga tidak luput dari dampak kekurangan aktivitas fisik. Gerakan tubuh membantu mengatur kadar gula darah dengan meningkatkan sensitivitas insulin. Ketika aktivitas fisik berkurang, tubuh menjadi kurang efisien dalam mengolah gula darah, sehingga meningkatkan risiko resistensi insulin dan diabetes tipe 2. Selain itu, metabolisme yang melambat juga dapat menyebabkan penumpukan lemak dan peningkatan kadar kolesterol jahat (LDL) dalam darah.