BPOM sendiri memiliki berbagai alat ukur dan metode dalam melakukan pengawasan keamanan pangan. Mereka memiliki laboratorium yang mampu mendeteksi berbagai kandungan dalam makanan, baik itu kandungan bahan berbahaya, zat aditif, hingga mikroba patogen yang dapat membahayakan kesehatan. Dengan adanya sumber daya dan keahlian ini, seharusnya BPOM dapat lebih terlibat dalam setiap langkah program MBG agar hasil yang diperoleh benar-benar sesuai dengan standar keamanan yang ditetapkan.
Dalam konteks ini, Taruna Ikrar juga menekankan perlunya peningkatan keterlibatan dari berbagai pihak dalam pengawasan pangan. Tanpa kerja sama yang solid antara BPOM dan penyedia makanan, akan sulit untuk mencapai tujuan utama dari program MBG yaitu memberikan makanan yang sehat dan bergizi bagi masyarakat. Keamanan pangan harus menjadi prioritas utama, terutama dalam instalasi yang memiliki potensi risiko.
Dia juga menyebutkan bahwa komunikasi antara BPOM dan pihak-pihak terkait harus ditingkatkan agar semua memahami pentingnya pengawasan ini. Tanpa adanya komunikasi yang baik, banyak hal yang bisa terlewatkan dalam proses pengawasan dan penjaminan kualitas makanan. Dengan demikian, upaya untuk memastikan makanan yang aman dan sehat dapat berjalan lebih optimal.