Salah satu indikator utama perbedaan antara stres dan burnout adalah respons emosional. Stres sering kali membuat individu merasa cemas dan terjaga, sedangkan burnout cenderung menciptakan perasaan putus asa dan ketidakberdayaan. Mereka yang mengalami stres biasanya masih merasa ada harapan dan kecerdasan untuk menghadapi tantangan yang ada. Di sisi lain, orang yang mengalami burnout cenderung melihat semuanya dengan skeptis, meragukan kemampuan diri, dan merasa terjebak dalam rutinitas yang melelahkan.
Selanjutnya, efek fisik dari stres dan burnout juga menunjukkan perbedaan yang jelas. Stres dapat memicu berbagai reaksi fisik, seperti sakit kepala, ketegangan otot, dan gangguan tidur. Namun, ketika seseorang mengalami burnout, gejala fisik tersebut sering kali lebih parah dan dapat mencakup kelelahan yang berkepanjangan, gangguan sistem imun, serta masalah kesehatan yang lebih serius. Dalam kondisi ini, seseorang mungkin merasa lelah bahkan setelah beristirahat atau tidur dengan cukup.
Dari sisi motivasi, stres biasanya mendorong individu untuk mencari solusi dan merasa bersemangat untuk menyelesaikan masalah yang ada. Di sisi lain, burnout berfungsi sebagai penghalang yang mencegah individu untuk beraktivitas. Mereka mungkin merasa tidak memiliki energi atau keinginan untuk melakukan hal-hal yang sebelumnya mereka nikmati. Hal ini menciptakan siklus kebuntuan yang sulit dipatahkan.