Konektivitas Otak dan Sistem Saraf Otonom
Selain HRV, para peneliti menemukan bahwa nilai HbA1c yang meningkat berkaitan dengan melemahnya sambungan saraf di wilayah otak pengendali respons otomatis—termasuk area insula dan medula. Koneksi ini penting untuk menjaga stabilitas tekanan darah, suhu tubuh, dan reaksi stres. Penurunan kekuatan koneksi tersebut dapat menyebabkan tubuh kurang tanggap dalam menyesuaikan diri dengan perubahan kondisi internal dan eksternal.
Dampak Lebih Besar pada Usia Lebih Tua
Meskipun korelasi gula darah tinggi dengan penurunan HRV dan konektivitas otak terjadi pada semua peserta, efeknya lebih nyata pada kelompok usia lanjut. Pada orang berusia ratarata 68 tahun, kenaikan sedikit saja pada HbA1c diiringi penurunan signifikan pada HRV dan sinyal fMRI wilayah parasimpatik. Temuan ini menunjukkan bahwa proses penuaan memperkuat kerentanan otak terhadap pengaruh glukosa sirkulasi.
Perbedaan antara Perempuan dan Lakilaki
Menariknya, studi ini juga mencatat perbedaan jenis kelamin: hubungan antara HRV rendah dan konektivitas otak yang melemah muncul lebih kuat pada perempuan, khususnya di belahan kiri otak. Padahal, secara umum kadar HbA1c dan nilai HRV tidak berbeda signifikan antara pria dan wanita. Hal ini menandakan faktor biologis atau hormonal wanita mungkin memengaruhi cara glukosa darah berdampak pada sistem saraf otonom.
Batasan Penelitian
Meski memberikan wawasan baru, penelitian ini memiliki keterbatasan:
- Jumlah peserta lansia lebih sedikit dibanding yang muda, sehingga perlu konfirmasi dengan sampel yang lebih besar.
- Tidak ada data partisipan usia paruh baya, membuat rentang usia penelitian berlubang.
- Informasi ras, etnis, dan riwayat penggunaan obat tidak tercatat, padahal bisa memengaruhi kesehatan metabolik dan neurologis.
- Desain crosssectional hanya menangkap kondisi pada satu titik waktu, sehingga belum bisa memastikan sebabakibat antara kadar gula darah dan perubahan fungsi otak.
Implikasi bagi Kehidupan Seharihari