Penyebab Utama: Pemakaian yang Tak Terkontrol
Masih banyak masyarakat yang membeli antibiotik bebas di apotek tanpa resep dokter. Bahkan ada yang menghentikan penggunaan sebelum waktu yang direkomendasikan. Pola ini menciptakan bakteri yang kebal, dan memperparah krisis resistensi.
“Pasien sering merasa lebih baik setelah dua hari, lalu berhenti minum antibiotik. Padahal, itu memperbesar risiko bakteri menjadi resisten,” ujar Andi Firmansyah, apoteker senior di Yogyakarta.
Kebijakan Ada, Tapi Penegakan Lemah
Regulasi sebenarnya sudah melarang penjualan antibiotik tanpa resep. Namun pengawasan di lapangan masih lemah. Banyak apotek yang mengabaikan aturan karena alasan ekonomi atau desakan pasien.
“Tanpa penegakan hukum dan edukasi masyarakat yang kuat, regulasi hanya jadi formalitas,” kritik dr. Nanda.
Solusi: Edukasi, Audit, dan Kolaborasi
WHO dan Kemenkes telah menyusun program nasional pengendalian resistensi antimikroba. Tapi implementasinya belum maksimal. Diperlukan audit penggunaan antibiotik di rumah sakit, pelatihan rutin tenaga kesehatan, dan kampanye publik yang menyentuh akar masalah.