Ia juga menambahkan bahwa air bukan obat yang menyembuhkan batu ginjal, tetapi penting untuk membantu proses pembuangan zat-zat sisa melalui urine.
Dokter Urologi: Tak Ada Bukti Ilmiah Dukung Air Demineral
Senada dengan Inge, dr. Ponco Birowo, spesialis urologi dari RSCM, menuturkan bahwa belum ada literatur ilmiah yang mendukung klaim bahwa air demineral lebih baik untuk penderita batu ginjal.
“Justru air mineral yang mengandung magnesium terbukti membantu mencegah pembentukan batu kalsium oksalat,” terang Ponco.
Ia juga mengungkapkan bahwa konsumsi air dengan mineral rendah dalam jangka panjang bisa berdampak negatif bagi kesehatan, seperti meningkatkan risiko osteoporosis, masalah gigi, hingga gangguan metabolisme kalsium.
Risiko Kesehatan dari Air Demineral
Berdasarkan penelitian yang ada, konsumsi jangka panjang air demineral bisa meningkatkan homosistein dan stres oksidatif, yang berkaitan dengan penurunan kesehatan kardiovaskular, terutama pada anak-anak. Air tanpa kandungan mineral ini tidak memberikan kontribusi penting terhadap pemenuhan kebutuhan gizi harian tubuh.
Perbedaan Air Mineral dan Air Demineral
-
Air mineral: Mengandung mineral alami seperti kalsium, magnesium, natrium, dan bikarbonat. Harus berasal dari sumber alami dan tidak mengalami penambahan zat setelah dikumpulkan. Menurut FDA, air mineral minimal harus mengandung 250 ppm total padatan terlarut (TDS).
-
Air demineral: Tidak mengandung mineral, biasanya digunakan dalam keperluan teknis, bukan untuk konsumsi rutin. Tidak ada rekomendasi resmi dari organisasi kesehatan untuk menjadikan air demineral sebagai air minum harian.