Analisis IEA menemukan bahwa produksi dan penggunaan bahan bakar fosil menghasilkan hampir 132 juta ton emisi metana pada tahun lalu, peningkatan kecil dibandingkan tahun sebelumnya. Emisi tetap pada tingkat yang sama sejak tahun 2019, ketika mencapai rekor tertinggi. Amerika Serikat, produsen minyak dan gas global terbesar di dunia, juga merupakan penghasil emisi terbesar dari operasi minyak dan gas, diikuti oleh Rusia.
Hampir 200 negara sepakat pada perundingan iklim global tahun lalu di Dubai untuk “secara substansial” mengurangi emisi metana pada tahun 2030. Perusahaan minyak dan gas besar juga telah menandatangani Ikrar Metana Global (Global Methane Pledge) untuk mengendalikan emisi mereka. Pemerintahan Biden juga menerapkan peraturan yang mewajibkan produsen minyak dan gas untuk mendeteksi dan memperbaiki kebocoran metana.
Semua janji yang dibuat oleh negara-negara dan perusahaan, yang dilaksanakan secara penuh dan tepat waktu, akan mengurangi emisi metana dari bahan bakar fosil sebesar 50 persen pada tahun 2030, demikian temuan analisis baru IEA. Namun, IEA mencatat, sebagian besar janji tersebut belum didukung oleh rencana konkrit.
“Saya terdorong oleh momentum yang kita lihat dalam beberapa bulan terakhir, yang menurut analisis kami dapat membawa perubahan besar dan langsung dalam perjuangan dunia melawan perubahan iklim,” kata Fatih Birol, direktur eksekutif IEA, dalam sebuah pernyataan. “Sekarang, kita harus fokus untuk mengubah komitmen menjadi tindakan, sambil terus mencapai tujuan yang lebih tinggi.”