Salah satu kesimpulan dari penelitian ini dan penelitian sebelumnya adalah “betapa terkonsentrasinya emisi di sebagian kecil lokasi,” kata Evan D. Sherwin, yang memimpin penelitian di Stanford dan sekarang bekerja di Lawrence Berkeley National Laboratory. “Itulah hikmahnya. Jika kita bisa mengetahui apa yang terjadi di lokasi-lokasi kecil ini, kita sudah setengah jalan menuju penyelesaian masalah metana dalam minyak dan gas,” katanya.
Para ilmuwan semakin mengalihkan perhatian mereka untuk mendapatkan pengukuran yang lebih baik terhadap emisi metana yang disebabkan oleh aktivitas manusia, yang sebagian besar berasal dari industri minyak dan gas. MethaneSAT, satelit yang diluncurkan bulan ini oleh Environmental Defense Fund, dirancang untuk melacak metana dalam skala global. Ini adalah salah satu dari beberapa satelit yang dapat mendeteksi dan mengukur metana dari luar angkasa.
Studi baru ini menemukan bahwa tingkat emisi metana sangat bervariasi antar wilayah, dari 0,75 persen di Pennsylvania hingga lebih dari 9 persen di beberapa bagian New Mexico. Salah satu alasan tingginya tingkat pengeboran di New Mexico adalah karena para operator di sana cenderung melakukan pengeboran minyak, bukan gas, dan hanya akan melepaskan sebagian besar gas yang dilepaskan ke atmosfer.
Ritesh Gautam, ilmuwan di EDF yang tidak terlibat dalam penelitian ini, mengatakan penelitian ini memberikan data baru yang penting. Ia juga mengatakan bahwa pengukuran yang lebih komprehensif, termasuk data dari MethaneSAT, akan segera melengkapi survei ini. “Untuk mendapatkan gambaran yang utuh, data tersebut perlu dipadukan dengan pengukuran langsung total emisi metana,” ujarnya.
Dalam analisis terpisah yang dirilis Rabu, Badan Energi Internasional mengatakan emisi metana dari sektor energi masih mendekati rekor tertinggi pada tahun 2023. Namun badan ini juga memberikan harapan, dengan mengatakan bahwa langkah-langkah baru yang diumumkan dalam beberapa bulan terakhir dapat segera menurunkan emisi tersebut.
Untuk saat ini, emisi metana global masih “terlalu tinggi” untuk memenuhi target iklim internasional, kata IEA. Untuk membatasi pemanasan global hingga 1,5 °Celcius, atau sekitar 2,7 derajat Fahrenheit, di atas masa pra-industri, yang merupakan tujuan utama perjanjian iklim Paris, emisi metana dari bahan bakar fosil harus diturunkan sebesar 75 persen pada dekade ini, kata badan energi tersebut.