Selain itu, Feynman juga berkontribusi dalam pengembangan elektrodinamika kuantum (QED), teori yang menggambarkan bagaimana cahaya dan materi berinteraksi. Karyanya dalam QED, bersama dengan Julian Schwinger dan Sin-Itiro Tomonaga, membuat mereka dianugerahi Hadiah Nobel dalam Fisika pada tahun 1965.
Keberanian Berpikir Berbeda
Salah satu aspek paling menginspirasi dari perjalanan Feynman adalah keberaniannya dalam berpikir berbeda. Dia sering kali menantang metode konvensional dan mencari pendekatan yang lebih intuitif dan visual dalam memahami fenomena fisika. Feynman percaya bahwa kompleksitas ilmu bisa dipahami dengan cara yang lebih sederhana dan dapat diakses oleh siapa saja.
Sikap ini tercermin dalam buku-buku dan kuliahnya, di mana dia selalu berusaha menjelaskan konsep-konsep fisika yang rumit dengan cara yang mudah dipahami. Seri kuliah "The Feynman Lectures on Physics" adalah contoh bagaimana dia menggunakan analogi sederhana dan cerita sehari-hari untuk menjelaskan prinsip-prinsip fisika yang mendalam.
Peran dalam Proyek Manhattan
Selama Perang Dunia II, Feynman terlibat dalam Proyek Manhattan, program rahasia pemerintah AS yang bertujuan mengembangkan bom atom. Di Los Alamos, Feynman bekerja bersama beberapa ilmuwan terkemuka lainnya untuk memecahkan masalah teknis yang krusial dalam pengembangan senjata nuklir. Meskipun proyek ini berakhir dengan hasil yang mengerikan, pengalaman tersebut memberikan Feynman perspektif yang mendalam tentang tanggung jawab moral ilmuwan.