Selain itu, media sosial juga memberikan platform bagi individu untuk mengekspresikan identitas mereka. Dengan kemudahan berbagi konten, individu dapat dengan bebas mengekspresikan minat, pendapat, dan gaya hidup mereka kepada masyarakat luas. Hal ini dapat mencakup segala hal mulai dari hobi, keyakinan, pandangan politik, dan identitas gender. Sebagai contoh, banyak individu yang menggunakan media sosial sebagai wadah untuk memperlihatkan bagian dari identitas mereka, seperti mahasiswa merayakan identitas mereka sebagai budaya populer atau penggemar suatu genre musik tertentu.
Namun, tidak seperti perubahan budaya populer atau persepsi identitas yang ditampilkan dalam media tradisional, hukuman dari identitas mengikuti arus di media sosial, yang begitu sering kali terasa tidak nyata dan dapat membingungkan. Sebagian besar individu terlalu sering merasa terdorong untuk menampilkan diri mereka dalam cahaya terbaik yang mungkin saja kurang nyata, membuat tekanan yang tidak adil, khususnya bagi generasi muda yang tumbuh berkembang secara digital.
Dengan adanya tekanan ini, banyak orang merasa sulit untuk memisahkan identitas yang ditampilkan di media sosial dengan identitas sebenarnya. Terutama di era digital ini, ketika sebagian besar interaksi yang kita lakukan terjadi di platform media sosial, sulit untuk tidak terpengaruh oleh tren dan konten yang muncul setiap harinya. Oleh karena itu, penting untuk selalu ingat bahwa apa yang kita lihat dan alami ketika menggunakan media sosial hanyalah sebagian kecil dari identitas sebenarnya.