Bagi masyarakat Indonesia, terutama di kota-kota besar seperti Jakarta, kebutuhan sehari-hari sering kali dipenuhi melalui warung kelontong. Salah satu jenis warung yang paling dikenal adalah Warung Madura, dinamai demikian karena mayoritas pemiliknya berasal dari Pulau Madura, Jawa Timur. Warung ini populer karena hampir selalu buka 24 jam serta menyediakan barang kebutuhan pokok dengan harga terjangkau dan pilihan yang lengkap.
Namun, meskipun sangat diandalkan, Warung Madura bukanlah yang terbesar dalam skala global. Bila ditanya siapa pemimpin sejati dunia toko kelontong, jawabannya justru datang dari Asia Timur — tepatnya Korea Selatan. Negara ini berhasil memegang gelar tak resmi sebagai “Raja Toko Kelontong Dunia” berkat keberadaan toko serba ada (toserba) yang sangat menjamur.
Menurut data dari Asosiasi Industri Toserba Korea, pada tahun 2023 tercatat terdapat sekitar 55.200 toko serba ada yang tersebar di seluruh penjuru Korea Selatan. Jumlah ini bahkan melampaui total cabang restoran cepat saji McDonald's di seluruh dunia, menjadikan Korea sebagai negara dengan kepadatan toserba tertinggi per kapita, mengungguli Jepang dan Taiwan yang juga dikenal sebagai surga toko swalayan.
Profesor Chang Woo-Cheol, pakar dari Kwangwoon University Seoul, menyebut bahwa kekuatan industri toserba di Korea terletak pada strategi inovatif dan kepadatan yang luar biasa. Ia menjelaskan bahwa toserba memainkan peran vital dalam sektor ritel Korea Selatan, bahkan menempati posisi kedua terbesar dalam pangsa pasar penjualan ritel offline nasional.
Berbeda dengan minimarket biasa, toserba di Korea bukan sekadar tempat membeli camilan atau air mineral. Mereka menyediakan berbagai layanan yang luar biasa luas. Pelanggan bisa membeli makanan, alat rumah tangga, hingga memanfaatkan berbagai layanan gaya hidup — seperti mengisi daya ponsel dan skuter listrik, membayar tagihan, menarik tunai, menukar mata uang asing, mengirim surat internasional, bahkan menerima pesanan daring.