Di era digital saat ini, sosial media telah menjadi bagian integral dari kehidupan sehari-hari kita. Meskipun menyuguhkan banyak manfaat, sering kali kita terjebak dalam pola perilaku "people pleaser" atau menyenangkan orang lain. Terutama di platform sosial media, di mana setiap unggahan atau komentar bisa menarik perhatian dan penilaian dari berbagai pihak. Rasa ingin disukai dan diterima secara sosial memang wajar, namun saatnya kita menyadari bahwa terlalu berusaha menyenangkan orang lain bisa menjadi beban yang menguras energi.
Sosial media sering kali menuntut kita untuk mempresentasikan diri secara "sempurna". Kita terjebak dalam siklus di mana kita merasa perlu memposting konten yang dianggap menarik dan mengesankan oleh orang lain. Hal ini terkadang mengabaikan kebutuhan dan keinginan pribadi kita. Perasaan ingin mendapatkan "like" dan komentar positif sering kali membuat kita mengorbankan waktu, tenaga, bahkan kesehatan mental. Inilah pangkal masalah; merasa "capek" menjadi people pleaser di sosial media.
Rasa lelah ini bukan hanya fisik, tetapi juga emosional. Menghabiskan terlalu banyak waktu mempertimbangkan apa yang akan diposting dan bagaimana orang lain akan menanggapi dapat mengganggu keseimbangan mental kita. Kita mulai membandingkan diri dengan orang lain, terjebak dalam pikiran bahwa kita tidak cukup baik atau menarik jika unggahan kita tidak mendapatkan perhatian yang diinginkan. Inilah mengapa penting untuk mulai memikirkan batasan online.