2. Merencanakan Latihan dengan Matang
Setelah melakukan pemeriksaan kesehatan, langkah selanjutnya adalah merancang program latihan yang terstruktur. Dr. Grace menyarankan pelari pemula untuk memulai latihan dengan jarak antara 5 hingga 8 kilometer. Sementara bagi pelari berpengalaman, latihan dapat dilakukan dengan jarak 9 hingga 12 kilometer, ditambah dengan sesi latihan kecepatan. Idealnya, program latihan ini terdiri dari 4 sampai 5 sesi setiap minggunya, termasuk satu sesi di akhir pekan dengan jarak lebih jauh supaya tubuh terbiasa dengan non-stop running.
3. Risiko Cedera Olahraga
Tanpa persiapan yang memadai, risiko cedera meningkat signifikan. Beberapa cedera umum yang dihadapi pelari meliputi:
- Plantar Fasciitis: Nyeri hebat pada tumit kaki yang dapat menghambat lari.
- Patellofemoral Pain Syndrome: Cedera pada tulang rawan di bawah patela (tempurung lutut).
- Shin Splints: Nyeri di tulang kering akibat teknik berlari yang tidak tepat.
- Iliotibial Band Syndrome: Terjadi tekanan pada paha akibat gesekan jaringan ikat.
- Achilles Tendinitis: Nyeri pada tendon di belakang kaki yang terjadi karena pengulangan gerakan.
4. Berpotensi Menyebabkan Kerusakan Jantung dan Ginjal
Selain cedera fisik, maraton dapat berdampak negatif pada kesehatan jantung dan ginjal. Penelitian dalam European Heart Journal menyatakan bahwa latihan maraton meningkatkan kemungkinan disfungsi ventrikel kanan jantung. Pengawasan yang tepat setelah latihan diperlukan untuk mencegah penyakit jantung yang lebih serius. Demikian juga, penelitian memperlihatkan bahwa faktor-faktor seperti dehidrasi yang berlebihan dan suhu tubuh yang tinggi dapat memicu cedera ginjal.