Pernah nggak sih kamu lagi santai, terus tiba-tiba pikiranmu melayang jauh ke masa lalu? Mungkin ingat momen indah bareng teman, cinta pertama, atau masa-masa sekolah yang penuh tawa. Rasanya kayak nonton film yang diputar ulang berkali-kali di kepala. Kadang, nostalgia itu memang manis dan bisa bikin senyum-senyum sendiri. Tapi, kalau kita terlalu larut dalam kenangan dan terus-menerus hidup di sana, hati-hati! Ini bisa jadi tanda kita stuck in the past dan menghambat langkah kita menuju masa depan.
Nostalgia itu seperti bumbu dalam hidup, bikin kita menghargai perjalanan yang sudah dilalui. Mengenang masa lalu sesekali itu sehat dan bisa jadi pengingat akan hal-hal baik. Tapi, masalahnya muncul ketika kita menjadikan masa lalu sebagai satu-satunya tempat 'pulang' yang nyaman. Kita jadi enggan melihat ke depan, enggan mencoba hal baru, karena merasa nggak ada yang bisa menandingi indahnya kenangan. Akhirnya, kita jadi terpenjara dalam zona nyaman masa lalu yang padahal sudah nggak ada.
Coba deh bayangin skenarionya. Kamu baru putus cinta, dan setiap hari yang kamu lakukan adalah memutar ulang memori indah bareng mantan. Nggak mau mencoba kenalan dengan orang baru, selalu membandingkan calon pasangan dengan mantanmu, dan terus-menerus berharap masa lalu bisa kembali. Atau, kamu mungkin pernah mengalami masa kejayaan di pekerjaan lama, terus sekarang kamu merasa nggak bisa berprestasi lagi di tempat baru. Kamu jadi sering mengeluh, membanding-bandingkan, dan enggan beradaptasi. Ini semua adalah contoh ketika kita stuck in the past.