Misalnya, seorang penulis punya tenggat waktu untuk nulis bab buku yang susah. Daripada langsung nulis dan buntu, dia malah memutuskan untuk merapikan email, membalas pesan penting, atau menyelesaikan laporan kecil yang sudah lama tertunda. Tujuannya bukan untuk menghindari pekerjaan sepenuhnya, tapi untuk:
Membangun Momentum: Dengan menyelesaikan tugas-tugas kecil, otak jadi merasa ada sense of accomplishment, ada rasa puas karena sudah melakukan sesuatu. Ini bisa membangun momentum dan kepercayaan diri untuk menghadapi tugas yang lebih besar.
Menghindari Kebuntuan Total: Terkadang, menghadapi tugas yang sangat besar bisa membuat kita overwhelmed dan malah tidak melakukan apa-apa. Dengan beralih ke tugas lain yang lebih mudah, kita tetap bergerak dan tidak diam di tempat.
Memberi Jeda untuk Ide: Otak kadang butuh waktu untuk memproses ide atau menemukan solusi kreatif. Saat kita fokus pada tugas lain, pikiran bawah sadar bisa bekerja di latar belakang, dan tiba-tiba saja ide untuk tugas utama muncul. Ini sering disebut sebagai incubation period.
Mengurangi Stres Awal: Tugas besar seringkali memicu stres. Dengan melakukan prokrastinasi produktif, kita bisa mengurangi tekanan awal, menenangkan pikiran, dan kembali ke tugas utama dengan kepala lebih dingin dan perspektif baru.
Contoh lain, mahasiswa yang menunda skripsi tapi malah fokus menyelesaikan tugas mata kuliah lain yang juga penting, atau karyawan yang menunda proyek besar tapi justru menyelesaikan tumpukan administrasi yang tertunda. Intinya, waktu penundaan itu tidak sia-sia, tapi menghasilkan sesuatu yang bernilai.
Perbedaan Krusial Antara Keduanya
Perbedaan paling fundamental antara prokrastinasi produktif dan mager terletak pada hasil dan niatnya: