Namun, upaya menciptakan sekolah yang bebas perundungan tidak hanya menjadi tanggung jawab guru dan sekolah. Orang tua memiliki peran yang sama besarnya dalam menanamkan nilai budi pekerti di rumah. Melva menegaskan, pendidikan karakter di lingkungan keluarga menjadi pondasi yang memperkuat pembelajaran di sekolah. Ketika anak dibiasakan menghargai orang lain, bersikap sopan, serta mengendalikan emosi di rumah, maka mereka akan membawa kebiasaan itu ke sekolah dan lingkungan sosial lainnya. Pendidikan moral sejak dini akan menjadi langkah preventif untuk menekan munculnya perilaku yang tidak sesuai dengan norma, termasuk tindakan perundungan.
Sebagai salah satu bentuk nyata upaya menciptakan sekolah yang ramah anak, Sekolah Terpadu Sedaya Bintang menerapkan Kurikulum Budi Pekerti. Dalam kurikulum ini, tema-tema seperti empati, rasa hormat, dan penyelesaian konflik diintegrasikan ke dalam mata pelajaran sehari-hari. Siswa diajarkan untuk menghargai perbedaan, baik dari segi kemampuan, latar belakang, maupun penampilan, sehingga tidak mudah mengejek atau merendahkan orang lain. Melva menambahkan, anak yang terbiasa memiliki empati akan menolak dengan sendirinya tindakan kekerasan fisik maupun verbal. Misalnya, anak yang mampu memahami perasaan orang lain tidak akan tega menertawakan temannya yang kesulitan belajar atau berbeda secara fisik.
Implementasi kurikulum budi pekerti ini juga mendorong terbentuknya lingkungan sekolah yang aman, nyaman, dan penuh kehangatan. Siswa dilatih untuk saling membantu, saling menguatkan, dan membangun solidaritas sehingga sekolah tidak lagi menjadi tempat yang menakutkan, melainkan ruang yang menyenangkan untuk tumbuh bersama.
Sekolah Terpadu Sedaya Bintang sendiri baru akan beroperasi pada tahun ajaran 2025/2026, berlokasi di kawasan Summarecon Bandung. Sekolah ini menyelenggarakan pendidikan mulai dari Kelompok Bermain (KB), Taman Kanak-Kanak (TK), hingga Sekolah Dasar (SD), dan secara bertahap akan berkembang ke jenjang SMP dan SMA. Dalam pengembangan kurikulumnya, sekolah ini berafiliasi dengan Sekolah Terpadu Pahoa yang telah menggunakan kombinasi kurikulum Pearson Edexcel, kurikulum nasional, serta pengajaran intensif dalam tiga bahasa: Indonesia, Mandarin, dan Inggris. Pendekatan ini memperlihatkan bahwa penguasaan akademik tetap dijalankan seiring dengan penguatan karakter siswa.