Tampang

Konsumerisme dan Kesehatan Mental: Mengapa Belanja Tidak Membawa Kebahagiaan Sejati

22 Jul 2024 23:11 wib. 194
0 0
konsumerisme
Sumber foto: Pinterest

Kesehatan mental telah menjadi topik yang semakin penting dalam masyarakat modern. Tekanan, stres, dan perubahan budaya telah memberikan dampak negatif pada kesejahteraan mental banyak orang. Di sisi lain, konsumerisme telah menjadi bagian tak terpisahkan dalam kehidupan sehari-hari, dengan iklan dan tawaran produk yang terus mempengaruhi keputusan pembelian kita. Namun, pertanyaan yang muncul adalah apakah konsumerisme benar-benar membawa kebahagiaan, ataukah justru menjadi beban bagi kesehatan mental individu?

Konsumerisme dapat diartikan sebagai dorongan untuk membeli barang dan layanan dalam jumlah besar serta tampilan status materialistik yang kental. Promosi produk dan tawaran diskon yang melimpah seringkali membuat orang terjerumus ke dalam perilaku konsumtif, tanpa menyadari dampak negatifnya pada kesehatan mental. Konsumsi yang berlebihan dapat menyebabkan stres finansial, perasaan tidak puas, dan bahkan menyebabkan gangguan kecanduan belanja yang dapat merusak keseimbangan emosional seseorang.

Belanja seringkali dianggap sebagai cara untuk mendapat kebahagiaan sejati, namun pada kenyataannya, efek sementara dari membeli sesuatu tidak mampu memberikan kepuasan jangka panjang. Fenomena ini dikenal sebagai "hedonic treadmill", di mana seseorang terus-menerus mencari kebahagiaan melalui membeli barang baru, namun kepuasan tersebut hanya bersifat sementara sehingga membuat individu tersebut terjerumus ke dalam lingkaran konsumsi yang tak pernah berujung.

<123>

#HOT

0 Komentar

Belum ada komentar di artikel ini, jadilah yang pertama untuk memberikan komentar.

BERITA TERKAIT

BACA BERITA LAINNYA

POLLING

Apakah Indonesia Menuju Indonesia Emas atau Cemas? Dengan program pendidikan rakyat seperti sekarang.