Lebih jauh lagi, kebanyakan konsumen saat ini lebih memilih tesimoni nyata daripada iklan. Kebangkitan "influencer" di media sosial juga telah mendorong keterbukaan dan kejujuran dalam berbagi pengalaman produk. Tak jarang, influencer menggunakan produk yang mereka ulas dan berbagi hasil yang didapatkan. Namun, di balik kesuksesan ulasan influencer, konsumen tetap memberikan perhatian lebih kepada review orang-orang biasa. Mereka cenderung mencari pengalaman penggunaan yang lebih relatable dan dapat diterima.
Selain itu, berbagai platform online juga menyediakan fitur untuk membantu konsumen mencari dan menilai review secara efisien. Di marketplace seperti Shopee atau Tokopedia, konsumen dapat melihat rating dan ulasan dari pembeli sebelumnya. Fitur ini membuat informasi mudah diakses dan fleksibel, serta dalam banyak kasus, tampaknya lebih dapat diandalkan daripada iklan produk. Konsumen merasa lebih terhubung dan berempati dengan pengalaman orang lain, yang pada gilirannya meningkatkan kepercayaan terhadap produk tersebut.
Namun, ada sisi lain dari medali ini. Meskipun banyak ulasan yang jelas dan jujur, tidak jarang kita menemukan review yang dipoles untuk tujuan promosi tersembunyi. Dalam banyak kasus, brand atau penjual produk skincare tertentu melakukan praktik "review palsu" untuk menarik lebih banyak konsumen. Ini menciptakan tantangan tersendiri bagi konsumen yang sudah menghadapi trust issues. Oleh karena itu, sangat penting untuk bisa membedakan antara review yang tulus dan yang diarahkan untuk manipulasi pasar.